Selasa, 26 Mei 2015

Puncak Pato

TANAH DATAR, HALUAN — Objek wisata Puncak Pato, Nagari Batu Bulek, Kecamatan Lintau Buo Utara cukup ramai dikunjungi para pelancong. Selain pemandangan alamnya yang indah, lokasi ini memiliki sisi sejarah yang cukup strategis.
Lokasi Puncak Pato me­nurut sejarah Minangkabau dikenal sebagai Bukik Mara­palam, yang dikenal adanya pencetusan Sumpah Sati Bukik Marapalam, per­ten­tangan antara Kaum Adat dan Kaum Agama, di lokasi ini didapat kata sepakat, bahwa antara adat dan agama bu­kan­­lah suatu hal yang di­per­­­ten­tangkan, dan tercetuslah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah ( ABS-SBK ).
Lokasi Bukik Marapalam (Puncak Pato)  kini sudah dikemas menjadi suatu lokasi tujuan wisata yang dapat dikunjungi oleh para tamu yang datang ke Tanah Datar, Luhak Nan Tuo. Objek wisata Puncak Pato menyuguhkan pemandangan alam yang cukup indah, bila melayangkan pan­dangan ke arah barat, ter­bentang ham­paran rumah penduduk  wilayah Kecamatan Sungayang. Di sela-sela pohon anau (aren) ini kelihatan hamparan lahan kebun tebu. Para petani di sekitar lokasi Puncak Pato juga mengolah tebu menjadi gulo saka. Pro­ses pem­buatan­nya juga masih dilakukan secara tradisional. Untuk memeras air tebu masih mengandalkan tenaga kerbau, pengunjung bisa me­nyak­sikan proses pembuatan gulo saka. Mulai dari pe­merasan tebu dengan cara mengilangnya dengan tenaga kerbau, lalu ditampung pada kancah. Setelah dimasak secara manual dengan bahan bakar ampas tebu dan se­lanjutnya dimasukkan ke dalam cetakan. Cetakan gulo saka juga tidak terbuat dari bahan logam dan sejenisnya, akan tetapi cukup dengan sayak tempurung kelapa yang telah disiapkan sesuai dengan ketebalan gulo saka yang akan diproduksi.
Proses pembuatan gulo saka di sekitar lokasi Puncak Patu, juga disuguhkan kepada para tamu yang datang, bah­kan kepada para pengunjung juga diberi kesempatan untuk mencobakan sendiri proses pencetakan gulo saka.
Kesempatan membaur dengan sejumlah tenaga kerja ayang memproduksi gulo saka secara tradisionil ini, ternyata memberikan ke­asyikan sendiri dan pengun­jung menjadi betah tinggal berlama-lama di lokasi ini.
Usai mencobakan proses pembuatan gulo saka di lo­kasi Puncak Patu, ketika menuju pulang, pengunjung akan menyaksikan warga Nagari Andaeleh Kecamatan Sungayang memproduksi gulo anau. Habis Salat Zuhur akan menyaksikan petani penyadap nira dari pohon anau sudah menyandang periam bam­bunya menuju pulang. Proses pembuatan gulo anau juga bisa disaksikan secara lang­sung dari warga Nagari An­daleh. Mulai dari pemanasan tungku, air niro yang sudah mulai kental dimasukkan ke dalam cetakan yang terbuat dari bambu.
Di lokasi ini kita juga bisa mencicipi cita rasa air niro yang asli dan baru saja di­sadap dari pohon enau ( aren ), air nira ternyata tidak bisa dibeli untuk dibawa pulang, ternyata air niro asli aroma­nya akan berubah, dan bisa memabukkan bila sudah menjadi tuak.( h/emrizal)

sumber :
http://www.harianhaluan.com/index.php/lancong/12055-menikmati-hijaunya-puncak-pato

Tidak ada komentar:

Posting Komentar